Oleh : Dara Hilda Maisyita
Aktifis Flowers Aceh
Ribuan buruh memperingati May Day dengan turun kejalan melayangkan beberapa tuntutan. Semula massa aksi direncanakan berkumpul di Istana Merdeka yang datang dari beberapa titik di Jakarta. Namun sayangnya jalan menuju istana diblokade pihak keamanan dengan kawat-kawat berduri. Sehingga seluruh massa aksi bertumpuk di depan patung silang kuda. Aksi yang berlangsung pada tanggal 1 mei 2017 ini dikawal ketat oleh kepolisian dengan menurunkan sebanyak tujuh ribu personil.
Dalam aksi ini, salah satu tuntutan yang dilayangkan adalah menolak sistem outsoursing yang berkedok pemagangan. System ini dianggap sebagai salah satu mekanisme perbudakan dijaman modern, sehingga perlu dikritisi secara cermat.
Dalam era globalisasi, setiap perusahaan kerap kali memasang persyaratan pelamar memiliki pengalaman kerja terlebih dahulu. Maka perusahaan membuka kesempatan kepada fresh graduation atau tamatan SMA/SMK untuk memiliki kesempatan magang yang dapat dijadikan bukti sah pengalamannya. Dalihnya pemagangan ini diberlakukan untuk melatih calon tenaga kerja agar memiliki keterampilan yang baik, apa lagi orang yang hanya lulusan SD dan SMP.
Dalam proses menjadi tenaga magang diindustri, calon pemagang dikenakan biaya administrasi untuk beberapa bulan kontrak magang. Kemudian kerap kali dijanjikan akan diangkat sebagai staff tetap pada perusahaan jika pekerjaannya memuaskan atau akan berakhir pada bulan yang semestinya. Pada kenyataannya, diberlakukannya kebijakan ini dijadikan perusahaan untuk memeras jasa para pemagang tanpa diupah. Selain itu juga tidak ada jaminan kesehatan yang diberikan perusahaan karena tidak tercantum sebagai staff. Dan beberapa kasus perusahaan memutus kontrak kerja secara sepihak sebelum waktu yang dijanjikan berakhir.
Permasalahan yang sering terjadi, terdapat pihak ketiga sebagai perusahaan percaloan untuk calon pemagang. Biasanya mereka akan di oper dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, dan mendapatkan benefit dari pihak pertama serta pihak kedua. Meskipun merasa ditipu, para pemagang tidak melakukan protes terhadap perusahaan karena tuntutan dunia kerja mengharuskan mereka memiliki syarat sah untuk melanjutkan pekerjaan demi memenuhi kebutuhan hidupnya
Alih-alih untuk mencapai kesejahteraan, buruh magang tersebut selain di peras tenaganya juga keuangannya, belum lagi mereka yang datang dari luar Jakarta. Sudah pasti akan memerlukan biaya kontrakan tempat tinggal hingga pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Sistem ini masih terus dipakai oleh perusahaan untuk meraup keutungan sebesar-besarnya. Selain itu juga keawaman masyarakat soal praktik pemerasan itu tidak disadari di zaman industrialisasi ini. Seolah menjadi sangat wajar, sehingga tatanan dunia kerja saat ini diamini oleh semua orang.
Gerakan buruh menganggap bahwa perusahaan secara halus memainkan perannya sebagai lintah penghisap. Negarapun melakukan pembiaran-pembiaran kepada perusahaan untuk terus melanggengkan praktik-praktik kecurangan itu.
Aksi yang konsisten dilakukan setiap May Day ini selalu menyuarakan hal-hal yang kerap menjadikan keluhan para Buruh. Pasalnya gerakan yang dibangun adalah sesuai dengan kebutuhan. Termasuk pada tuntutan soal pencabutan system pemagangan ini yang dianggap sebagai system perbudakan jaman modern sesuai dengan rumusan pada tuntutan kaum buruh. Harapannya adalah dalam setiap momentum hari raya buruh ini cekikan demi cekikan yang di lilitkan oleh perusahaan mempu di tindak lanjuti oleh negara.
Sampai di penghujung aksi tututan ini, Presiden tetap tidak menjumpai pada pendemo untuk bertatap muka. Bahkan jalan-jalan masih di penuhi dengan kawat berduri dengan dikawal oleh ribuan aparat keamanan. Meskipunsempat mendorong untuk masuk, namun karena di kabarkan bahwa Jokowi sedang tidak diistana suara dari mobil komando terdengar tetap menenangkan kemarahan massa. Meski tidak sampai ke istana, layangan tuntutan yang telah dirumuskan bersama dapat ditindak lanjuti oleh pemerintahan negara ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hentikan Teror Pada Aktivis Papua, Septi Meidodga

Kami Hidup Tapi Mati

ATAS NAMA DEMOKRASI DAN KONSTITUSI BEBASKAN SEPTI MEIDODGA, PEMBELA HAM PAPUA