Tirani Pendidikan



Hard Darakay
Penulis Oleh ; Hard Darakay Harold
Aktifis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kepulauan Aru


“Jangan pukul kami dengan rotan, kami manusia bukan kuda” mungkin itu yang akan diungkapkan murid saat dipukul pantatnya dengan rotan oleh guru mereka di sekolah. Begitulah gambaran yang muncul dalam lagu “Another Brick in the Wall”.

Murid tidak bebas dalam mengekspresikan ilmu pengetahuan dan skill yang sebenarnya ada di dalam diri mereka. Murid wajib mengikuti secara patuh semua peraturan dan proses belajar-mengajar yang sudah ditetapkan secara baku. Murid wajib hadir di kelas tepat waktu, wajib berpakaian rapi, duduk dan diam di dalam kelas mendengar penjelasan guru. Tak boleh mengerjakan sesuatu yang lain di luar pelajaran yang sedang diajarkan.

Jika murid melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan dan budaya pengajaran yang ditetapkan sekolah maka sanksinya adalah kekerasan fisik dan psikologis. Secara fisik, murid akan dipukul dengan rotan. Tak ada bedanya dengan seekor kuda yang dipukul pantatnya agar bisa berjalan. Murid dianggap akan menjadi disiplin jika dipukul dengan rotan. Selain kekerasan fisik. Murid akan mendapat sanksi psikologis yaitu disindir karena kesalahan yang dibuatnya.

Akibat dari kekerasan tersebut, murid tumbuh menjadi pribadi yang ‘bisu’: tidak bebas dan kreatif. Murid seperti memakai topeng, segala sesuatu diseragamkan sehingga mereka tidak dididik untuk menjadi diri mereka sendiri. Alih-alih murid disiplin, malah sanksi tersebut membuat mereka menderita kemudian memberontak.
Seharusnya, sistem pendidikan tersebut ditinggalkan. Sudah tidak sesuai dengan peradaban manusia masa kini. Oleh sebab itu, pendidikan yang pantas diberlakukan adalah pendidikan yang membebaskan ala Paulo Freire
.
Murid harus diberikan ruang yang cukup untuk mengekspresikan bakat yang ada dalam dirinya. Jika ada kesalahan atau ketidakdisiplinan yang dilakukan, maka sanksi yang diberikan harusnya dalam bentuk yang non-kekerasan. Segala sanksi kekerasan fisik maupun psikologis, wajib dihilangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hentikan Teror Pada Aktivis Papua, Septi Meidodga

Kami Hidup Tapi Mati

ATAS NAMA DEMOKRASI DAN KONSTITUSI BEBASKAN SEPTI MEIDODGA, PEMBELA HAM PAPUA