Terminal Penumpang

Penulis: Saman Rekol
Aktifis Kopi Makassar

Sinar emas mentari mengembara ke sebelah barat Papua, cahanya menyinari pohon-pohon bakau (mangrove), cemara yang rimbun daunnya serta semak belukar yang jadi karpet hijau, bila di perhatikan semak-semak belukar itu lebih indah daripada karpet buatan persia. Sungai Wanogan yang menyatu dengan laut menjadi tempat mencari ikan, udan, siput dan juga keraka oleh masyarakat suku Kamoro. Di tepi sungai Wanogan terdapat beberapa alat berat (ekskavator) yang sedang merintis jalur air. Jalur ini di buat untuk menyalurkan Tailing, limbah murni, yang di buang PT  Freeport Indonesia, lewat sungai dan membuat Smelter, bahan baku prosksi akhir di sekitar pulau Puri.

Di Pelabuhan Nusantara banyak sekali petugas ke amanan dengan wajah garang, TNI AD, TNI AL, POLISI dan Petugas Perhubungan. Mereka melakukan pemeriksaan terhadap setiap penumpang yang baru turun dari atas kapal. Barang bawaan penumpang di geledah oleh petugas keamanan, penumpang yang membawa alat tajam; Pisau, Parang dan Minuman Keras (Miras) akan di amankan di Kantor Polsek Pelabuhan Laut Pomako.

Dari Pelabuhan Pomako, distrik Mimika Timur terdapat sepuluh jembatan yang menjadi penghubung antara pelabuhan dan pusat permukiman warga. Di antaranya adalah jembatan Pigapu (Panjang 110 meter, Lebar 10 meter) dan Jembatan Poros Timika-Pomako Dua (Panjang 10-150 meter, dan Lebar 10-15 meter). Jembatan ini berfungsi sebagai penghubung antara pusat Kota Timika dengan Pelabuhan Pomako.

Kabupaten Mimika sendiri berbatasan langsung dengan Kabupaten Paniai di sebelah Utara dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafura. Kabupaten Asmat di sebelah Timur, Kabupaten Ngada di sebelah Barat dengan Kabupaten Kaimana. Ibu kota Kabupaten terletak di Timika. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (Permen) No 54 tahun1996,  Kecamatan Mimika di tetapkan sebagai Kabupaten Otonom sesuai dengan Undang-Undang No 45 tahun 1999.

Luas wilayah Mimika mencapai 19. 592 km atau 4. 77% dari luas wilayah Papua. Yang terletak antara 4. 030 Ls, 4.044 Ls dan 136. 036 BT, 136. 048 BT.
Penduduk asli Mimika sendiri terdiri dari dua suku besar, yaitu: suku Amungme, yang mendiami daerah pegunugan dan suku Kamoro, yang mendiami daerah pesisir. Selain itu, ada juga suku-suku pendatang, seperti suku Dani, suku Moni, suku Lanny, suku Damal, suku Nduga, suku Ekari, suku Ndelen, suku Kapel dan suku Nganun. Adapun bahasa yang sering dipakai oleh masyarakat adalah Austronesia dan Non-Austronesia. Bahasa Non-Austronesia atau bahasa budaya yang diartikan sebagai bahasa daerah.

Yang menjadi perhatian, meraka tinggal di rumah kayu non-permanen. Kondisi ini cukup menggambarkan bahwa kehidupan mereka jauh dari sejahtera. Namun, sekarang ini sudah ada beberapa masyarakat telah bermukim di rumah-rumah permanen, pemberian dari perusahan tambang Internasional (PT Freeport Indonesia) yang beroperasi di Timika.

Walau terseret oleh arus modernisasi, tetapi dalam keberlangsungan hidup masyarakat Papua masih menjalankan warisan dan menjaga tradisi mereka. 
(12/09/2018)

Editor : R. Kottir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hentikan Teror Pada Aktivis Papua, Septi Meidodga

Kami Hidup Tapi Mati

ATAS NAMA DEMOKRASI DAN KONSTITUSI BEBASKAN SEPTI MEIDODGA, PEMBELA HAM PAPUA