Otonomi Khusus Gagal Membangun Pasar Mama-mama Papua


Oleh Naomi Kwambre
Aktifis GeHAM Papua

Terima kasih kawan Dorlince Gobay. Saya senang baca tulisan ini, saya sangat terharu, saya juga dapat informasi baru, karena selama ini saya hanya baca di facebook atau media online saja. Ternyata perjuangan mama-mama Pedangang Asli Papau sudah diperjuangkan sejak tahun 2004 lalu. waktu yang sangat panjang dan sekarang ini sudah tahun 2017 namun “penjuangan belum selesai”. Kata kawan Gobay.

Saya bingung dan bertanya bisa ya. DPRD, MRP, Pemerintah Kota, dan Pemerintah Propinsi Papua diam bagaikan benda mati. Menurut saya mereka ini sudah bisa ambil kebijakan tapi hambatannya ada di mana? Selama ini kamu bilang dengan program-program ekonomi kerakyatan, kira-kira pemberdayaan yang mana yang kalian usahakan apakah untuk orang Asli Papua atau yang kalian maksudkan selama ini pemberdayaan orang Non Papua.

DPRD, MRP, kalian omong gede aja’’ saya pikir dua lembaga ini dibubarkan saja. Orang-orang yang duduk di dalam DPRD dan MRP tidak tahu fungsi dan tugasnya. Kalian duduk di situ karana Mama-Mama asli Papua punya suara, kenapa kalian tidak bisa perjuangkan hak-hak mereka, kalian perlu sekolah lagi biar tahu bagaimana menyelesaikan masalah yang benar.

Mama-mama ini cuma minta tempat yang layak, Koch kalian mempersulit dengan hal-hal yang menurut saya bisa diatasi. Kenapa saya katakan demikian karena kaliankan punya kewenangan kenapa kalian tidak bisa pake kewenangan itu untuk membagun pasar yang menjadi kebutuhan mama-mama asli Papua.
Hal yang paling bikin saya kaget, adalah pernyataan pak Wali Kota saat itu Mr.Kambu “pemkot tidak punya dana dan tempat untuk pembangunan pasar” pernyataan yang benar-benar keliru. Tambah lagi dengan pernyataan DPRD yang tidak terlalu menghiraukan perjuangan mama-mama asli Papua.

Kenapa mama-mama ini memperjuangakan pasar harus di bangun karena disitulah mata pencaharian mereka, mama-mama ini hanya bisa berjualan karena mereka tidak punya kemampuan yang lebih, itu karena kesalahan pemerintah kami orang Papua di paksakan menjenjadi orang ini Jakarta waduh tidak bisa begitu.

Kesalahan ada pada kalian waktu itu kami orang Papua yang tadinya hanya meramu atau mengambil makanan dari hutan. Kalian datang dengan bibit padi, bagaiman kami bisa tanam padi. Kalian harus mengakuai kesalahan ini. Setidaknya kalian datang mengajarkan kami menanam padi yang baik itu caranya begini dan kalian tidak dilalukan hal itu. Jika kalian memberi pelajaran atau pengetahuan tentang menanam padi yang baik jangan lakukan cuman satu dua kali saja tetapi harus diajarkan berulang kali tapi kenyataannya kalian memaksa kami untuk menanam padi satu kali saja. akhirnya kami menanam tapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kalian inginkan.

Kalau sekarang ini kami tuntut hak kami sebagai warga negara apakah itu salah? Kami hanya ingin pembagunan pasar yang layak. Aturan-aturan yang kalian buat tidak dapat menjamin kehidupan sosial masyarakat. Kalian menciptakan kecemburuan sosial antara orang asli Papua dengan orang Non Papua.
Tambah lagi disaat perjuangan sedang dilakukan salah satu pemerhati mama-mama Papua Alm(Robert Jitmau). dibunuh dengan cara yang sadis. Pertanyaannya sekarang apa kami orang asli Papua itu musuh? pasti kalian akan jawab kami satu nusa dan satu bangsa omongkosong dengan kata-kata itu. Kami akan berjuang sesuai dengan apa yang menjadi hak kami.

Jakarta, 13 Maret 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hentikan Teror Pada Aktivis Papua, Septi Meidodga

Kami Hidup Tapi Mati

ATAS NAMA DEMOKRASI DAN KONSTITUSI BEBASKAN SEPTI MEIDODGA, PEMBELA HAM PAPUA