TONGAN GATAN (Refleksi Kritis Kemajuan Jar Garia-Part l)

Penulis: Haroly Ch. Darakay 
(Koordinator Geham Bersatu Aru)

Tongan Gatan adalah ungkapan dalam bahasa Tarangan (Aru Selatan_Maluku), artinya “berhenti saja” atau “stop sudah”. Apa yang “stop sudah?”, bagi Saya sistem pemerintahan yang tidak membawa kemajuan Jar Garia itulah yang “stop sudah”. Masyarakat butuh sesuatu yang baru, yang bisa memberikan kesejahteraan.

Beberapa orang pernah berkomentar sinis pada postingan kritis saya terhadap kinerja pemerintahan saat ini. Mereka menuduh postingan itu hanyalah provokasi, tanpa data dan fakta. Jujur saya geli mendengar tuduhan itu. Sesungguhnya bukan Saya yang provokasi, tetapi mereka yang pura-pura buta dan tuli terhadap ketertinggalan yang sedang terjadi. Tentu yang mereka pikirkan hanya kepentingan pribadi, jabatan maupun posisinya, bukan kepentingan umum Jar Garia.

Melalui artikel sederhana ini saya ingin mengkritisi status Kepulauan Aru sebagai Kabupaten termiskin nomor urut tiga di Propinsi Maluku (Sumber BPS Maluku). Saya ingin mencari tahu mengapa bisa begitu serta apa penyebabnya ?. Bagaimana tanggapan Pemda Aru terhadap predikat yang memalukan itu. Terakhir Saya memberikan konklusi singkat tentang apa yang perlu dilakukan di tahun depan.

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menggiring anda pada pilihan politik praktis. Hal itu merupakan hak asasi setiap manusia Aru yang tidak perlu diintervensi. Ini hanya sekadar memberi edukasi tentang berpikir kritis dan jujur demi kemajuan daerah ini.

Analisis Singkat

Ragnar Nurkse (ekonom dunia yang pernah meraih Nobel ekonomi) menjelaskan kemiskinan itu diindentikan dengan rendahnya pendapatan. Dalam teori lingkaran kemiskinan, Nurkse menjelaskan Penyebab rendahnya pendapatan karena produktifitas yang rendah, kemudian yang menyebabkan produktifitas rendah adalah pembentukan modal yang rendah. Itu bisa terjadi karena investasi yang rendah pula (Ragnar Nurkse, 2009: 90)
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan diukur menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi pengeluaran. Jadi yang dimaksud penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan merupakan penjumlahan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak dll. Garis Kemiskinan Non Makanan adalah kebutuhan minimum perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Merujuk pada definisi di atas, bisa diketahui bahwa penyebab Aru berada di urutan ketiga kabupaten termiskin adalah karena ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang memadai (menurut pengkategorian BPS). 

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar itulah yang kemudian mengakibatkan rendahnya pendapatan (income). Ini bisa saja berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Ataupun sebaliknya, rendahnya pendapatan mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Saya batasi pengertian kemisikinan disini sebagai yang absolut, bukan kemiskinan relatif. Yang dimaksud kemiskinan absolut adalah yang berkaitan dengan pendapatan (income) dan kebutuhan. Kebutuhan itu hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar (basic need) sebagaimana dijelaskan di atas.

Mirisnya, lima tahun terakhir Kabupaten Kepulauan Aru mendapat ranking kabupaten termiskin di Maluku. Pertanyaan kemudian, dimana peran Pemerintah Daerah? Tentu pemimpin daerah ini tidak buta, tidak tuli. Apa yang sudah dilakukan untuk menanggulangi masalah kemiskinan di Aru? Seberapa serius dan efektif langkah-langkah yang dibuat? Harapan saya artikel ini akan mendapat feedback atau kritikan yang konstruktif dari para pembaca.

Pada suatu kesempatan Tafer Bupati dr. Johan Gonga mengeluarkan statement yang cukup memalukan  terkait kondisi kemiskinan di Aru. seperti dilansir TribunJabar.id, Tafer Bupati mengatakan angka kemiskinan di Aru cukup tinggi yaitu 28 %. Angka pengangguran pun tinggi yakni 27,13 %. Padahal Sumber Daya Alam sangat melimpah. Kata Tafer Bupati, ini dikarenakan masyarakat lebih tertarik bekerja di perusahaan asing. Selain itu, penduduk Aru dikatakan kurang pengetahuan untuk mengelola SDA yang ada, akibatnya ekonomi masyarakat terbilang sulit mengalami peningkatan. 

Pernyataan Tafer Bupati disampaikan pada tahun 2017. Saat itu beliau sudah memimpin kabupaten ini, hingga sekarang di akhir masa pemerintahannya pun keadaan tidak berubah. Bahkan bertambah parah pada beberapa hal. Saya juga bertanya adakah perusahaan asing di Aru? ada berapa ? 

Sepengetahuan saya, masyarakat Aru sangat giat bekerja mengusahakan sumber daya alam yang ada namun tidak adanya sokongan yang serius dan terstruktur dari pemerintah daerah. Contoh, seorang pengusaha industri rumah tangga yang mengelola pom-pom (makanan pokok dari olahan sagu) di desa Tabarfane (Kec. Aru Selatan Utara) mengeluhkan janji Bupati Aru yang akan membantu memasarkan pom pom di Kota Dobo. Sampai hari ini tidak pernah terealisasi. 

Ada pula pengusaha ikan asin balobo di Desa Apara (Kec. Aru Tengah Selatan) yang mengeluh bantuan mesin pengepakan ikan asin yang tidak tepat sasaran. Begitupula dengan beberapa nelayan yang harusnya mendapat bantuan speedboat untuk melaut, tetapi justru bantuan tersebut tidak tepat sasaran. 

Saat ini di Aru sedang booming dengan telur ikan terbang (exocoetidae) dan rumput laut. Adakah tafer Bupati membantu masyarakat mengelola SDA tersebut ?. Justru dengan pengetahuan apa adanya,  dengan bantuan internet atau aplikasi Youtube masyarakat kelola sendiri sumber daya yang melimpah itu.

Sampai disini, terlihat jelas bahwa Pemda Aru tidak konsisten dan menuduh masyarakat secara sembarangan. Tak nampak Pemda Aru melakukan sesuatu yang serius dan terstruktur untuk mendukung jeripaya masyarakat. Jadi, penyebab tingginya angka kemiskinan, bukan karena masyarakat memilih bekerja di perusahan asing dan membiarkan SDA-nya tetapi karena ketidakseriusan Pemda Aru sendiri untuk menyokong mereka. 

Semua hasil alam yang dikelolah secara swadaya itu kemudian didistribusikan sendiri dari kampung ke Kota Dobo. Sampai di Dobo pun mereka sendiri yang memasarkannya kepada pengusaha swasta. Bukan Pemda Aru yang membantu mendistribusikan maupun memasarkannya.

Disitulah korelasinya dengan teori Ragnar Nurkse. sekalipun Sumber Daya Alam melimpah tetapi tidak berpengaruh signifikan pada pendapatan, karena keuntungan dari penjualan hasil alam tersebut sangat bergantung pada penetapan harga oleh para pengusaha serakah. Harga komoditi (saya ragu dengan kata ini) sangat fluktuatif alias tidak menentu. Jika dibedah secara rinci, sesungguhnya masyarakat tidak  mendapat keuntungan, hanya balik modal. Pada titik tertentu mereka justru merugi karena harga komoditi turun drastis.

Pendapatan (income) rendah akibatnya tidak punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dapur, kebutuhan sekolah anak dll. Membangun rumah apa lagi. Pilihan terakhir, hidup di rumah yang sangat kumuh atau numpang di rumah keluarga. Sehingga pemandangan satu rumah dihuni beberapa keluarga masih sering kita jumpai di Aru. bentuk lingkaran kemiskinan seperti ini masih terus berulang dari tahun ke tahun.

Ketika Pemerintah Daerah tidak serius mengangkat Aru keluar dari peringkat kemiskinan, timbul pertanyaan saya, apa yang mereka seriuskan selama lima tahun ini? Bukankah Pemerintah Pusat telah kucurkan dana triliunan setiap tahunnya ? lalu dana sebesar itu digunakan untuk apa saja ? adakah terjadi tindak pidana korupsi ?

Menyinggung soal korupsi, saya teringat artikel ilmiah Sanjeev Gupta dkk, “Does Corruption Affect Income Inequality and Poverty?” disitu menjelaskan tentang bagaimana korupsi dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. Terkait berbagai dugaan tindak pidana korupsi di Kabupaten Aru akan saya bahas di artikel berikutnya. Sulit menampik bahwa Aru bebas korupsi, hanya saja belum menyentuh penguasa negeri ini.

Apa Yang Perlu Dilakukan 

Saya bukan ahli di bidang ekonomi dan pembangunan namun dari referensi yang dipelajari, ada beberapa saran yang bisa menjadi solusi mengurangi angka kemiskinan di Aru.

Beberapa orang menyarankan ganti Bupati Aru di Pilkada 2020 ini. Bagi saya itu merupakan hak konstitusi semua manusia Aru. Selanjutnya, yang perlu diakukan adalah sistem pengelolaan keuangan daerah wajib direformasi secara professional, akuntabel dan transparan. Fokuskan anggaran daerah untuk memaksimalkan potensi perikanan. Pada bidang inilah masyarakat miskin bersentuhan langsung, bahkan menggantungkan hidupnya sejak turun-temurun.  

Berikan bantuan perikanan maupun bantuan sosial lainnya harus tepat sasaran. Berbagai bantuan hibah hari ini lebih banyak dinikmati penduduk Kota Dobo serta orang dekat penguasa dan tim sukses.   Hentikan aliran dana hibah ke instansi vertikal. Tercatat setiap tahun anggaran daerah selalu disalurkan miliaran rupiah kepada instansi vertikal. Padahal mereka punya sendiri dana dari instansi pusat (kesatuan masing-masing). Lagi pula mereka bukan masyarakat miskin. 

Terakhir, Pemerintah Daerah perlu membantu distribusi komoditi yang dihasilkan masyarakat dari kampung ke kota. Dirikan juga sentra pemasaran di Kota Dobo sehingga masyarakat memiliki kepastian bahwa komoditi mereka pasti terjual.  

Penutup 

Bagi saya, kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan di Jar Garia ditandai dengan keterbelakangan dan pengangguran. Yang selanjutnya memicu ketimpangan pendapatan dan kesenjangan antar golongan penduduk. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kondisi kehidupan dengan standar kehidupan yang sangat rendah dan memprihatinkan.

Semoga tulisan singkat ini bisa mencerahkan pemahaman kita tentang apa dan mengapa daerah ini kaya sumber daya alam, tetapi miskin tuju keliling. Kalaupun tidak cerah, maka saya sangat membutuhkan kritik yang tajam dan inovatif demi perbaikan pada tulisan selanjutnya. Sita oka tu.



Referensi :

Badan Pusat Statiskin Propinsi Maluku
Nurkse Ragnar. 2009. Classical Development Economics and its Relevance for Today 1907-2007. New York. Antem Press.  

https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/wp9876.pdf. Diakses pada 08 Juli 2020. Pukul 20.00 waktu Jar Garia.

https://jabar.tribunnews.com/2018/11/16/angka-kemiskinan-tinggi-kabupaten-kepulauan-aru-bekerjasama-dengan-ikopin-untuk-tingkatkan-sdm. Diakses pada 09 Juli 2020. Pukul 21.00 waktu Jar Garia.

https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html. Diakses pada 09 Juli 2020. Pukul 22.00 waktu Jar Garia.

Komentar

  1. Tulusan ini cukup menarik utk menambah wawasan masyarakat, tapi sy ada usul ada baiknya dimuat juga perbandingan angka kemiskinan, tingkat pendapatan dan angka pengangguran thn 2020 spy dapat dibandingkan dgn thn 2017 dlm tulisan ini. Tks dan salam Jargaria! 👍💥🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hentikan Teror Pada Aktivis Papua, Septi Meidodga

Kami Hidup Tapi Mati

ATAS NAMA DEMOKRASI DAN KONSTITUSI BEBASKAN SEPTI MEIDODGA, PEMBELA HAM PAPUA