Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Cerita Pilu di Balik Kota Emas

Gambar
Oleh: Adolfina Kuum  Ketua Lembaga Peduli Masyarakat Wilayah Mimika Timur Jauh (Lepemawil – Mimti ) Koordinator Geham Timika Papua Telah 50 tahun PT Freeport merenggut lahan emas di tanah Amungsa bumi Kamoro Timika. Lingkungan hidup tanah Amungsa bumi Kamoro telah diperkosa dan terkoyak oleh PT Freeport. Keberadaannya membawa malapetaka dan penderitaan bagi suku Amungme dan Kamoro sebagai pemilik tanah adat yang mendiami wilayah itu. Gunung-gunung keramat dirontoki, digunduli, dirusak, meluluhlantahkan tradisi warisan nenek moyang dan leluhur yang dijaga dan dirawat secara turun temurun di negeri itu. Bagi suku Amungme gunung dan gua adalah tempat Keramat berdiamnya para leluhur. Namun tempat-tempat itu telah dirusak karena kekejaman manusia yang haus akan keserakahan modal dan kekayaan alam semata. Suku Kamoro yang mendiami pesisir pantai menderita akibat limbah tailing yang dibuang begitu saja tanpa aturan dan prosedur. Sungai-sungai yang dulu mengalir indah dan je

Kekejaman Sistematis pada Anak-anak Buruh Perusahaan

Gambar
Oleh : Dara Hilda Maisyita Koordinator Geham Aceh Laskar Pelangi adalah satu satu film favoritku ketika Aku masih duduk dibangku SMA dulu, kali ini setelah lima tahun lulus dari bangku sekolah aku mencoba menontonnya kembali berharap menemukan analisa yang baru dari film itu. Film itu menceritakan berlatar belakang tahun 1970-an tentang sepuluh anak di Pulau Belitong yang memiliki semangat bersekolah yang tinggi ditengah-tengah pergelutan kemiskinan yang mendera. Sekolah yang mereka tempatipun sangat mengkhawatirkan, padahal SD tersebut merupakan sekolah Islam tertua di pulau itu yang sudah melahirkan generasi-generasi penerus sebelumnya. Namun tidak ada upaya dan perhatian dari pemerintah untuk memenuhi pendidikan anak Pulau Belitong terhadap fasilitas sekolah. Aku melihat persoalan lain dari Film itu yang sedikit membahas mengenai sebuah perusahaan tambang yang pernah masuk dan berjaya disana. Disitulah letak kesengsaraan masyarakat Pulau Belitong. Diceritakan bahw

Eksploitasi dan Perampasan Hak Atas Tanah

Gambar
Oleh : Stilman Renggi Aktifis HAM Papua PT Sinar Mas Group yang memiliki lahan kelapa sawit seluas 52.000 hektar di distrik Yapsi di Kabupaten Jayapura. Sejak awal proses pelepasan tanah adat sejak tahun 1994 tanpa adanya sosialisasi atau komunikasi yang baik dengan Ondoafi (kepala suku). Dalam hal ini mereka dipaksa untuk bisa menandatangani surat pelepasan Hak Atas Tanah yang sudah disiapkan oleh perusahaan. Akibatnya, masyarakat lokal sebagai pemilik tanah yang tadinya bisa hidup tenang dengan bergantung dari hasil hutan, berubah pola hidupnya menjadi buruh perkebunan kelapa sawit dengan upah yang rendah. Dari keterangan salah satu Tokoh Agama, saat melakukan kunjungan pada 15 Juni 2017 kemarin. “ Masih ada cukup banyak permasalahan yang terjadi di perkebunan kelapa sawit PT Sinar Mas namun ditutupi oleh pihak perusahaan. Misalnya menyangkut hak buruh, sistem perekrutan tenaga kerja, masalah air bersih dan rumah layak huni” ujar Pater Hendrik. Masalah yang seri

Geham Nusantara Resmi Dideklarasikan

Gambar
Oleh : Kottir Koordinator Geham Kota Makassar Gerakan Hak Asasi Manusia Nusantara atau disingkat Geham Nusantara resmi dideklarasikan di Manokwari Papua Barat tepatnya di Kantor Dewan Adat Papua, 12 Oktober 2017. Geham terbentuk atas inisiatif alumni kursus dasar HAM angkatan V yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) dan PBI. Alumni tersebut sebanyak sembilan orang dari berbagai wilayah rentan konflik di Indonesia. Organisasi ini terbentuk dari hasil diskusi di ruang kelas Elsam selama 4 bulan di Jakarta dan diskusi di luar kelas menambah wawasan atau ide membangun gerakan skala nasional. Untuk itu gerakan ini penting untuk ditindak lanjuti. Persoalan-persoalan yang diadvokasi kawan-kawan di daerah sama saja, kasus pelanggaran HAM masih massif terjadi, seperti halnya di Papua, seringnya terjadi penembakan misterius. Di Timika masyarakat  adat Amungme dan Kamoro menderita akibat limbah tailing PT Freeport Indonesia. D