Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Inspirasi dan Aspirasi Saya Menjadi Pembela HAM

Gambar
Oleh: Adolfina Dolie Kuum Aktifis GeHAM Papua Saya anak kelima dari tujuh bersaudara. Saya lahir di sebuah kampung kecil bernama Agimuga. Agimuga merupakan salah satu distrik yang berada di “lahan emasnya“ Freeport: Timika Agimuga terletak di wilayah dataran rendah, antara pantai dan gunung. Sejak kecil saya terinspirasi cerita tentang ayah saya. Semasa hidupnya ia berjuang demi sekolah. Pada usia 12 tahun dia melarikan diri dari keluarga, dan secara sembunyi-sembunyi mengikuti missi penyebaran agama sampai di wilayah pesisir pantai Omoga, sangat jauh dari keluarga. Tujuan ayah hanya satu: ingin menjadi seperti mereka, para missionaris. Dengan begitu ia jadi manusia yang berpendidikan. Ayah memandang bahwa pendidikan adalah senjata bagi hidupnya. Konon, menurut cerita para orang tua, zaman dulu sangat sulit mendapatkan pendidikan. Tapi ayah saya sebagai seorang anak yatim yang hanya punya mama, saat itu bisa berjuang, demi memperoleh pendidikan. Perjuangan ayah tidak sia-sia

Mengapa Saya Harus Menulis

Gambar
Oleh: Inda Aktifis GeHAM Bali Mengapa saya menulis? Judul yang diberikan oleh mentor dan harus dituangkan dalam sebuah tulisan. Aku berpikir sejenak dan kembali bertanya pada diriku. Mengapa? Aku seolah tidak menemukan jawaban yang pasti atas pertanyaan tersebut. Bahkan setelah beberapa kali pertanyaaan tersebut kembali aku resapi, hasilnya tetap nihil. Bayangan masa lalu tentang berbagai taktik yang aku gunakan untuk melatih diriku menulis kala itu kembali aku bayangkan. Berharap  aku menemukan satu jawaban yang cukup baik untuk dituangkan dalam sebuah paragraph namun sama saja. Aku tidak menemukan jawaban yang tepat. Semua yg aku lihat disana hanyalah alasan-alasan berhenti menulis, ketika aku berusaha menemukan alasan kenapa aku menulis. Aku pernah menulis atau tepatnya berusaha untuk melatih diriku menulis. Aku mulai menuliskan hal-hal yang aku sukai dan cintai. Aku pernah menulis tentang almarhum ayahku karena aku mencintainya. setelah tulisan tersebut rampung, aku t

Mengapa Aku Menulis

Gambar
Oleh: Dara Aktifis GeHAM Aceh Ketika aku masih duduk di Sekolah Dasar, Ayahku membelikanku sebuah buku harian yang kami beli bersama disebuah toko serba lima ribu berjarak tidak jauh dari rumah. Ia mengatakan untuk menuliskan apa yang aku alami sehari-hari di sekolah dan lingkungan bermainku kemudian simpanlah di tempat yang baik agar tidak ada orang yang bisa mengganggunya apalagi adikku yang ketika itu masih kecil dan suka merobek-robekkan buku-buku.  Berangkat dari satu buku  harian pemberian ayahku seharga lima ribu rupiah itu, aku mulai menulis setiap hari sampai lembaran buku itu habis dan kemudian aku terus membelinya lagi dan lagi untuk kembali menulis dari aku kecil hingga remaja. Segala cerita yang tertuang didalamnya beragam, dimulai dari rok sekolahku terkena permen karet, jatuh dari sepeda, rasa kesal pada ibuku, bahkan sampai ketertarikan pada orang lain. Sebagian orang mengatakan bahwa menulis buku harian adalah hal yang tidak penting sama sekali dan membuang-

Inspirasi Dan Aspirasi Saya Menjadi Pembela HAM

Gambar
Oleh: Mey Sarma Aktifis GeHAM Papua Inilah saya, seorang anak perempuan dari keluarga sederhana, namun memiliki impian yang tinggi. Saya ingin menjadi contoh bagi keluarga, teman dan kampung halaman saya. Itulah yang memanggil saya berada di jalan yang saat ini saya tempuh. Perjalanan yang saya tempuh di dalam pendidikan dan pergaulan saya waktu itu, belum membawa saya sampai sekarang ini. Seiring waktu berjalan saya mulai beraktifitas di organisasi kampus, yaitu Organisasi Kepemudaan (OKP), dan Organisasi Daerah. Saya juga mulai mengikuti pelatihan pengembangan diri dari organisasi yang saya ikut, bahkan menjadi pengurus di dalam organisasi itu. Perkenalan saya dengan organisasi itu membuat wawasan saya mulai berubah. Ditambah lagi dengan melihat realita kehidupan masyarakat Papua yang terus terdiskriminasi, khususnya yang terjadi di sekitar tempat tinggal saya. Saya sangat ingin berbuat sesuatu untuk perubahan. Tetapi saya bingung memualainya dari mana? Itu menjadi per

Inspirasi dan Aspirasi An Menjadi Pembelah HAM

Gambar
Oleh: Nomi Kwambre Aktifis GeHAM Papua An terlahir dari rahim seorang perempuan Papua. Dimana sepanjang hidupnya, ia, -an punya Mama- menyaksikan banyak peristiwa mencekam. Dari waktu ke waktu, dan dari tempat satu ke tempat lain. Misalnya saat mama tinggal di Abepura ia menyaksikan baku tembak antara aparat dangan masyarakat sipil. Dari kejadian baku tembak itu banyak orang menjadi korban. Bahkan rumah-rumah warga hancur akibat baku tembak. Kejadian itu mulai menimbulkan rasa trauma tersendiri dalam diri mama. Hingga saat menikah, mama pindah ke Arso, kabupaten Keerom di sanapun ia menjumpai situasi yang sama.  Bahkan lebih mencekam. Karena Arso merupakan wilayah perbatasan, yaitu berbatasan dengan Papua New Guinea (PNG). Di Arso juga banyak terjadi kekerasan. Misalnya camat Sunyoto yang ditembak hingga meninggal, dan pada saat bersamaan dua warga trans juga ditembak. Ketiganya meninggal di tangan masyarakat sipil. Setelah kejadian itu dilakukan penyisiran oleh aparat kea

Otonomi Khusus Gagal Membangun Pasar Mama-mama Papua

Gambar
Oleh Naomi Kwambre Aktifis GeHAM Papua Terima kasih kawan Dorlince Gobay. Saya senang baca tulisan ini, saya sangat terharu, saya juga dapat informasi baru, karena selama ini saya hanya baca di facebook atau media online saja. Ternyata perjuangan mama-mama Pedangang Asli Papau sudah diperjuangkan sejak tahun 2004 lalu. waktu yang sangat panjang dan sekarang ini sudah tahun 2017 namun “penjuangan belum selesai”. Kata kawan Gobay. Saya bingung dan bertanya bisa ya. DPRD, MRP, Pemerintah Kota, dan Pemerintah Propinsi Papua diam bagaikan benda mati. Menurut saya mereka ini sudah bisa ambil kebijakan tapi hambatannya ada di mana? Selama ini kamu bilang dengan program-program ekonomi kerakyatan, kira-kira pemberdayaan yang mana yang kalian usahakan apakah untuk orang Asli Papua atau yang kalian maksudkan selama ini pemberdayaan orang Non Papua. DPRD, MRP, kalian omong gede aja’’ saya pikir dua lembaga ini dibubarkan saja. Orang-orang yang duduk di dalam DPRD dan MRP tidak t

Kami Hidup Tapi Mati

Gambar
Oleh: Naomi Kwambre Aktifis HAM Papua Haruskah kami angkat kaki dari tanah kami sendiri Haruskah kami makan ampas-ampas nasi butiran tanah kami Haruskah kami beranak diatas sehelai karton kusam Uh uh uh Haruskah kami angkat tangan sujud sembah pada ilalang yang bergoyang Oh ho oh ho Kami belum merdeka Inikah Kemerdekaan yang kalian berikan Melarat!!! Dimana hak kami Siaran berkepanjangan kalian nasional internasional Kalian Hebat Kami hidup tapi kami mati Jakarta, 17 Maret 2017

Cendrawasih Dari Hutan Hijau

Gambar
Oleh : Meyka Aktifis HAM Papua Hutan hijau tempat ku di alam bebas rumahku dimana aku kan berteduh dimana akan ada makanan untukku dimana aku berkicau dimana aku menari-nari Tapi kini hutanku hilang aku kehilangan rumah aku kehilangan segalanya yang ada hanya kenangan yang mungkin akan lenyap oleh Zaman, dengan waktu yang terus berganti kini ku membisu di sudut ruang hampa. Jakarta 24 Maret 2017